Visi Poros Maritim Dunia pada hakikatnya juga merupakan aktualisasi dari kesadaran terhadap situasi dan ancaman aspek maritim atau Maritime Domain Awareness. Demikian disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., Jumat (3/6) dalam keynote speech pada Seminar Nasional Penerbangan TNI Angkatan Laut. Seminar yang berlangsung di Wisma Perwira Lanudal Juanda, Surabaya tersebut diselenggarakan dalam rangka peringatan ke-60 Hari Penerbangan Angkatan Laut yang jatuh pada 17 Juni 2016 mendatang.
Lebih lanjut Kasal menyampaikan bahwa Maritime Domain Awareness merupakan pemahaman yang efektif terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan maritim yang dapat berdampak pada keamanan, keselamatan, ekonomi atau lingkungan. Pendekatan dalam Maritime Domain Awareness menitikberatkan pertukaran informasi, jaringan dan analisis terhadap suatu peristiwa untuk selanjutnya direspons dalam bentuk reaksi cepat dan tepat.
Berkaitan dengan berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia, Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P., juga menegaskan bahwa Kepentingan Nasional Indonesia dalam perspektif Maritime Domain Awareness merupakan fakta yang tak terbantahkan. Sebab, pada masa mendatang masalah perbatasan dan kegiatan perdagangan serta transportasi internasional akan terus meningkat. Dampak yang ditimbulkan pun akan sangat beragam, baik yang positif maupun yang negatif.
Lebih lanjut menurut Kasal, ditinjau dari sisi postitif, peningkatan aktivitas perdagangan dan transportasi melalui laut secara signifikan menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi regional bahkan dunia. “Sementara itu, jika ditinjau dari sudut negatif perkembangan masalah perbatasan dan kegiatan perdagangan serta transportasi internasional akan berdampak dengan semakin meningkatnya eskalasi ancaman, baik ancaman militer maupun nonmiliter” tandas Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., M.A.P.
Dalam menghadapi ancaman ini, sebagai negara kepulauan terbesar dunia, Indonesia memerlukan Angkatan Laut yang mampu menjaga dan menjamin keamanan ruang hidup yang dimiliki agar dapat dikelola untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa. TNI Angkatan Laut perlu terus melaksanakan pembangunan kekuatan dan pembinaan kekuatan dan pembinaan kemampuan termasuk dalam mewujudkan penerbangan TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani serta bekelas dunia.
Menguatkan pernyataan Kasal, Direktur Eksekutif di Institute of Defense and Security Studies Dr. Connie Rahakundini Bakrie, menyampaikan bahwa sistem pertahanan maritim bukan saja memerlukan kekuatan TNI Angkatan Laut yang kuat, namun juga, sebuah kekuatan udara dengan tuntutan kapabilitas meluas karena paradigma world maritime axis (WMA) yang terpayungi oleh paradigma world airspace axis (WAA) identik di dalam konteks perang modern generasi terkini.
”Untuk mewujudkan penerbangan TNI AL pada tataran World Class Navy diperlukan berbagai upaya berkaitan dengan penentuan kebutuhan, modernisasi pesawat udara TNI AL sesuai fungsi asasi guna menghadapi perkembangan strategis serta tantangan ke depan yang semakin kompleks”, tegas Dr. Connie.
Pendapat senada juga disampaikan oleh Prof. Anak Agung Banyu Perwita, Ph.D., dalam makalahnya Pakar bidang maritim dari President University ini menyampaikan bahwa Penerbangan Angkatan Laut memiliki peran sangat besar dalam mendukung peperangan laut maupun peperangan di darat, menjaga kepentingan vital di laut, serta mengamankan berbagai aset kepentingan nasional lainnya di seluruh kawasan teritorial Nusantara.
Sementara itu, Laksda TNI (Purn) Rosihan Arsyad, menyampaikan bahwa berdasarkan pengalaman sejarah, munculnya penerbangan angkatan laut menjadi elemen yang menentukan dalam peperangan di laut saat berlangsung Perang Dunia Ke-2. Komandan Satuan Udara Armada pada era tahun 1993 tersebut juga menekankan bahwa penentu kemenangan Inggris pada sengketa Malvinas salah satunya karena kekuatan unsur udaranya.