Tentang sejarah sangat diminati oleh Komandan Lanudal Biak Mayor Laut (T) Moeis Syaifudin, S.T, M.M, apalagi dengan berdinas Pulau Biak harus memahami dan mengetahui tentang geografis yang merupakan pulau kecil yang terletak di Teluk Cendrawasih dekat sebelah utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia.
Posisi Biak berada di sebelah barat laut Papua Nugini. Biak adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang. Pada zaman silam, Pulau Biak termasuk wilayah kekuasaan Kesultanan Tidore yang membaginya menjadi 9 distrik (uli siwa).
Pada Perang Dunia II, lapangan terbang strategis milik Pasukan Imperial Jepang berada di sana sebagai pangkalan komando pada Perang Pasifik. Tentara Amerika Serikat kemudian menguasai pulau itu. Pada 29 Mei 1944, pertempuran antar-tank terjadi di Biak.
Dimana dalam sejarah yang masih tersisa adalah peninggalan Goa jepang, satu hal yang paling menarik perhatian adalah koleksi misil,bom dan peluru yang dibentuk melingkari senapan otomatis yang dikelurkan tahun 1940-an oleh jepang. Kebetulan, koleksi alat berat yang sudah sangat berkarat.
Danlanudal Biak Beserta prajurit Lanudal Biak dengan jejak langkah menelusuri sisa sisa peninggalan perang Dunia II. Sejarah mengungkapkan bahwa sekitar 3.000 prajurit Jepang tewas dan terkubur hidup-hidup di goa alami yang diubah menjadi tempat persembunyian, pusat logistik, dan pertahanan bagi tentara Jepang saat Perang Dunia II tahun 1943-1944 silam.
Terletak 7 Km dari Goa jepang terdapat Monumen Perang Dunia II dibangun oleh Pemda Biak di Desa Paray, terletak antara Mokmer dan Bosnik, Biak Timur.
Keberadaan Lanudal Biak dikelilingi jejak jejak sisa peninggalan PD II, sehingga dapat menarik minat unsur Pesud TNI AL saat operasi di wilayah Papua singgah di kepulauan Biak atau yang disebut Pulau karang.